April, 2nd-World Autism Awareness Day: Stop Using “Autism” Word in Our Daily Jokes!



Istilah Autisme pertama kali dikemukakan oleh Dr Leo Kanner pada tahun 1943. Ada banyak sekali definisi tentang autisme yang dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya seperti yang dikemukakan oleh Treatment and Educational of Autistik and Communication Handicapped Children Program (TEACCH) dalam Wall (2004) yaitu : autism is a lifelong developmental disability that prevents individuals from properly understanding what they see, hear, and otherwise sense. This results in severe problem of social relationships, communication, and behavior. 

Autisme adalah cacat perkembangan seumur hidup yang memanifestasikan dirinya selama tiga tahun pertama kehidupan. Ini hasil dari gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi otak, terutama menyerang anak-anak dan orang dewasa di banyak negara tanpa memandang jenis kelamin, ras atau status sosial-ekonomi. Hal ini ditandai dengan gangguan dalam interaksi sosial, masalah dengan komunikasi verbal dan non-verbal dan dibatasi, perilaku berulang, minat dan aktivitas. 

Anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder biasanya kurang dapat melakukan kontak sosial. Mereka cenderung menyendiri dan menghindari kontak dengan orang. Orang dianggap sebagai objek, bukan sebagai subjek yang dapat berinteraksi dan berkomunikasi. Lorna Wing dan Judy Gould mencetuskan istilah “Wing’s Triad of Impairment” untuk mendiagnosis autistik, yang dibagi dalam tiga aspek yaitu : perilaku, interaksi sosial, dan komunikasi & bahasa. 

Faktor penyebab Autisme sendiri sampai sekarang belum benar-benar ditemukan. Tapi yang menjadi dugaan utama penyebab munculnya syndrome Autisme ini adalah karena faktor neurobiologis dan faktor psikososial. Dari yang saya pelajari, simptom Autisme mulai bisa dikenali sebelum anak berusia 3 tahun. Terutama ketika anak tidak dapat melakukan kontak mata dengan orang lain. Untuk penyembuhannya sendiri setau saya gangguan ini belum bisa disembuhkan. Tapi bisa dilakukan terapi atau intervensi untuk mengatasi permasalahan yang terkait 3 aspek tersebut, sehingga paling tidak anak-anak Autis dapat menjalani kehidupan selayaknya anak-anak normal lainnya. 

Jadi, istilah “Autis” bukanlah istilah sembarangan. Ini adalah suatu gangguan yang sangat kompleks yang tentunya tidak bisa dijadikan ajang keren-kerenan untuk dipakai becanda. Karena tanpa kita sadari, ketika kita menggunakan istilah tersebut untuk bahan candaan atau bahan lelucon sehari-hari, mungkin ada banyak hati yang tersakiti mengingat adanya orang-orang terdekat mereka yang mengalami kondisi seperti ini. Who knows, kan? 

Yuk! Kita sama-sama untuk saling mengingatkan agar tidak lagi menggunakan istilah “Autis” ini di kehidupan sehari-hari kita. Bukan hanya istilah “Autis”, tapi juga istilah-istilah lainnya seperti “Idiot”, “Cacat Mental”, “ADHD”, dsb. Karena dengan itu berarti kita telah menunjukkan kepedulian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Salah satunya dengan cara yang sederhana seperti ini.

Anak-anak berkebutuhan khusus itu tidak aneh. Mereka hanya berbeda. Mereka juga punya keinginan sama seperti yang lainnya, ingin diterima apa adanya.

Let’s Care Children with Autism Spectrum Disorder, and please STOP using “Autism” word in our daily jokes!


Share on Google Plus

Tentang Unknown

HIMAPSI Unsyiah adalah Himpunan Mahasiswa Psikologi Universitas Syiah Kuala yang merupakan tempat bernaung seluruh mahasiswa prodi psikologi Unsyiah.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar